Karenanya, ia pun berangkat meninggalkan kenyamanan hidup yang mungkin bisa dikecapnya sebagai anak muda yang tinggal di Jakarta, dan memilih berkelana hingga sampai ke wilayah terpencil seperti pulau ini
Ruang tamu sebuah hotel di wilayah dekat perbatasan dengan Filipina itu tidak seperti kemarin. Hari ini tampak begitu ramai. Bukan berarti banyak orang, melainkan diramaikan oleh suara telpon seorang laki-laki muda. Lama juga ia menelpon. Mungkin tidak juga sia-sia tindakan itu, karena jika pergi ke luar hotel pun, tak banyak tempat umum yang bisa dikunjungi selayaknya untuk kalangan anak muda. Apalagi ia bukan warga setempat.
![]() |
Ilustrasi pulau terluar (Sumber: Freepik.com) |
Baca juga: Tokoh Lokal: Tenaga Kerja Asing Miliki Daya Juang Sampai Menjangkau Pulau Terpencil
Di pulau-pulau besar di Indonesia, social distancing dikumandangkan di berbagai tempat. Di sini, di pulau kecil ini, pandemi Covid 19 seperti tak pernah singgah. Kerumunan di toko dan di pelabuhan kapal terjadi tidak setiap hari. Mungkin itu pula yang membuat penjarakan terjadi dengan sendirinya, tanpa harus diberi aba-aba.
Gedung-gedung pemerintahan tampak masih baru di kabupaten baru hasil pemekaran ini. Pusat pemerintahan kabupaten baru ini terletak di pulau ini; Talaud. Namun jalanan sudah beraspal mulus dan dapat dikitari berbagai kendaraan.
Petugas hotel bercerita, karena posisinya di perbatasan dengan Filipina, pulaunya sering didatangi aparat keamanan. Apalagi ternyata di hotelnya pernah juga menginap pelaku terduga terlibat dalam jaringan terorisme dan berasal dari Indonesia yang kabur dari Filipina. Tentu saja ia tak tahu menahu. Baru jelas baginya setelah aparat datang dan menjelaskan siapa sosok yang pernah menginap di hotelnya.
Rupanya anak muda itu masih bertahan di pulau itu di hari berikutnya. Siapa sangka, setelah tidak sengaja terlibat pembicaraan dengan lelaki muda itu, ia ternyata baru lulus dari fakultas ekonomi sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta. Ia ke pulau ini mempunyai misi khusus, yakni ingin mengetahui potensi ekonomi dan melakukan studi kelayakan, terhadap terutama hasil bumi dari pulau ini untuk dapat diperdagangkan secara nasional.
Siapa yang mengirimkannya ke sini? Ia mengaku dikirim oleh perusahaan temannya yang sedang ekspansi perdagangan hasil bumi dari wilayah Indonesia Timur. Karenanya, ia pun berangkat meninggalkan kenyamanan hidup yang mungkin bisa dikecapnya sebagai anak muda yang tinggal di Jakarta, dan memilih berkelana hingga sampai ke wilayah terpencil seperti pulau ini. Ia pun sudah sering singgah di pelabuhan-pelabuhan besar di Indonesia Timur seperti Makassar, Balikpapan dan juga Manado untuk urusan distribusi hasil bumi.
Baca juga: Kehidupan di Wilayah Perbatasan Tak Seindah Pos Perbatasan
Dengan kecakapan hitung-hitungan bisnisnya, yang dia peroleh sejak masih aktif kuliah, ia sebut bahwa potensi buah kelapa masih sangat tinggi di pulau ini. Ia bakal rekomendasikan ke perusahaan temannya itu untuk meningkatkan pembelian buah kelapa dari sini. Ia semakin yakin akan hal itu setelah bertemu dengan beberapa pedagang dan pengepul buah kelapa di pulau itu. Dengan diantar seorang pemandu, ia kelilingi pulau itu dalam beberapa hari ini. Hitung-hitungan profit ia dapatkan, apalagi dengan memanfaatkan transportasi laut yang lebih murah dan dapat dimaksimalkan dalam skala besar.
Bagaimana ceritanya baru lulus kuliah sudah berani mengambil risiko mencari pedagang di pelosok-pelosok seperti ini? Hal itu rupanya sudah didoktrin baginya saat masih kuliah, dengan penekanan pada proses project based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis projek. Juga, lingkungan pergaulannya yang bergerak pada bisnis hasil bumi untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Jadinya melipir keliling Indonesia dengan misi memperoleh data potensi hasil bumi setiap pelosok negeri seperti yang dilakukannya sekarang ini pun memang sudah dikenalkan di kampusnya.
Melipirnews
Komentar
Posting Komentar