Masjid Zayed Surakarta dan Jejak Diplomasi Jokowi

Kalau bepergian ke Surakarta atau Solo sekarang ini, maka tak lengkap rasanya tanpa menginjakkan kaki ke Masjid Zayed yang terletak di Jalan Ahmad Yani, Surakarta. 
Masjid Zayed Surakarta waktu malam (dok. Melipirnews)


Lokasinya tidak jauh dari Stasiun Balapan dan Terminal Bus Tirtonadi. Jalur jalan utama yang ada merupakan jalur ramai karena menghubungkan Kota Surakarta dan Kota Semarang.

Di masjid ini, masjid yang disokong pemerintah Uni Emirat Arab (UEA), pengunjung akan merasakan nuansa masjid khas Timur Tengah lengkap dengan bentuk bangunan dan arsitektur dindingnya. Tak lupa juga menara yang tinggi menjulang. Di malam hari, menara dan tembok bagian luar dari masjid ini memancarkan cahaya kebiruan. Sungguh indah dan sangat memanjakan mata memandang.

Baca juga: Masjid Kubah Emas; Tempat Transit Yang Dulu Dipandang Ironi 

Masjid yang dibangun di atas lahan bekas depo Pertamina ini memang terbilang iconic. Selain nuansa dinasti kerajaan UEA, di sini pengunjung juga dapat menemukan jejak presiden ke-7 RI, Joko Widodo. Terdapat mushaf Alquran terbesar di Indonesia yang tersimpan di bagian lantai bawah masjid ini. Mushaf ini mengabadikan tulisan huruf ba' pada kalimat bismillahirrahmanirrahim yang ditulis oleh Presiden Joko Widodo.

Selain kemegahan dan kenyamanan masjid, pengunjung juga dapat menikmati udara segar dari ruang terbuka yang diselingi pepohonan yang ditata rapi, baik di halaman masjid maupun di dalam masjid. Kerapian dalam hal kunjungan juga diutamakan. Mulai pintu masuk dikenakan metal detector, di setiap sudut strategis juga ditempatkan petugas jaga yang tidak segan-segan menegur pengunjung yang dianggap kurang berlaku semestinya.

Menurut Anas Farikhi, salah satu pengurus Masjid Zayed Surakarta, masjid ini sembilan puluh persen didanai oleh pemerintah UEA. "Pada setiap buka puasa, kami menyediakan paket buka puasa sebanyak 7.000 lebih dengan menu yang sangat layak", ujarnya.

Suasana ruang terbuka Masjid Zayed Surakarta (dok. Melipirnews)

Bilamana selama ini masjid-masjid dengan dana dari Timur Tengah sudah banyak berdiri di pelosok-pelosok Indonesia, masjid ini terasa membedakan. "Jika masjid-masjid yang dibantu dari dana Timur Tengah itu terjalin dengan skema P to P (people to people), maka keberadaan Masjid Zayed ini mengubahnya menjadi G to G (government to government)", ujar Akmal Salim Ruhana, Kepala Sub Direktorat Kemasjidan Bimas Islam Kemenag RI.

Baca juga: Perpaduan Budaya Penambah Eksotis Masjid Ridho Ilahi, Wilangan, Nganjuk 

Dengan keberadaan Masjid Zayed ini, maka pihaknya harus mulai memikirkan masjid ini, selain Masjid Istiqlal yang merupakan masjid negara tentu saja.

Selain menjadi ikon wisata religi, masjid ini juga dirancang sebagai masjid ramah lingkungan. Setiap sampah pengunjung dipilah-pilah dan hampir tidak ditemukan sampah berceceran. Keberadaan ruang terbuka juga menambah segarnya udara di masjid yang mana pengunjung dapat menikmati pula indahnya penataan taman di masjid ini.

MN
Latest
First

Komentar

Popular News

Ayam Lodho Trenggalek: Dari Ritual Sakral hingga Kuliner Legendaris

Seni, Bahasa, dan Dialog Antariman: Tiga Jalan Menuju Inklusivitas Beragama di Indonesia

Penjaja Soto Dikriminalisasi dan Sekaligus Dirindukan Kolonial

Menelusuri Jejak Sejarah Kota Malang Lewat Tur Jelajah Klodjian

Kembalinya Roxette Ke Pentas Musik Dunia

Pulau Terluar yang Dieksplorasi Anak Ekonomi

Kehidupan di Wilayah Perbatasan Tak Seindah Pos Perbatasan

Semarak Peringatan Hari Lansia Nasional 2025 di Hutan Malabar

Haji dalam Sastra Indonesia: Kisah Transformasi Jiwa dan Masyarakat

Inovasi Museum yang Mengubah Cara Kita Belajar

ARTIKEL FAVORIT PEMBACA

Memanfaatkan Setu-Setu di Depok Sekaligus Menjaganya dari Ancaman Alih Fungsi

H.A. Mudzakir, Santri dan Seniman Langka yang Pernah Dimiliki Jepara

Rudy Chen Kenalkan Kemakmuran Muslim Shadian di Tiongkok

Melipir Mewarnai Gerabah di Museum Benteng Vredeburg

Judi Online Berlari Liar di Antara Pekerja Informal Hingga Anggota Dewan

Timun atau Melon Suri yang Selalu Beredar di Jabodetabek di Bulan Suci?

Menyusuri 125 Tahun Dedikasi Ursulin dalam Pendidikan di Malang

Antara Pariwisata dan Pelestarian: Dilema Borobudur dalam Perpres 101 Tahun 2024

Musik Gambus "Milik" Betawi Berunsur Kebudayaan Nusantara

Menelusuri Jejak Sejarah Kota Malang Lewat Tur Jelajah Klodjian

Kirimkan Artikel Terbaik Anda

Kanal ini menerima sumbangsih tulisan features terkait dengan area dan tujuan kanal. Panjang tulisan antara 500-700 kata. Dikirim dengan format, yakni judul-MN-nama penulis. Isi tulisan di luar tanggung jawab redaksi.