Susah-Susah Gampang Bermitra dengan Agensi Iklan Digital

Penasaran dengan iklan digital

Tentu banyak kalangan terutama industri media baik kecil maupun menengah yang baru merintis dan membuka pasar, sangat ingin mendapatkan partner iklan digital tersebut. Melipirnews.com sebagai salah satu industri media kecil pun tidak ketinggalan mencoba peruntungan dengan mencari jalan agar mampu bersaing mendapatkan partner pengiklan digital. 


Ilustrasi digital marketing (Source: pexel.com)

Pengalaman pertama berselancar dengan iklan digital dilalui bersama google adsense. Bagi pelaku industri media yang sudah lama, agency iklan kepunyaan google ini sangat menjanjikan. Google adsense sudah lama berkibar, bahkan kini ramai menyasar platform You Tube. 


Kanal media yang fokus mengunggah konten-konten features ini juga mencoba menjadi member. Cukup mudah menjadi member kala itu. Namun, seiring belum begitu dikenalnya kanal ini oleh publik, maka bisa dimengerti bila lalu lintas (traffic) kunjungan belum ramai. Alhasil, google adsense kemudian menarik diri karena mencurigai ada aktivitas yang tidak wajar.


Uang Jadi Bahan Candaan yang Satire Lagi Ngetrend Pada Komedi Lokal di Kanal You Tube


Setelah agak lama vakum, baru kemudian mencari alternatif keberadaan agency yang lain. Ternyata masih banyak. Inilah pasar bebas yang tidak bisa didominasi entitas tertentu. Banyak pilihan, dan akhirnya pilihan jatuh pada beberapa entitas ads agency seperti Infolink, MGID, dan Adstrerra. Masih banyak yang lain lagi dan belum dicoba.


Mencoba mengontak agency-agency iklan itu, rata-rata responnya sama. Mereka menginginkan kunjungan ke kanal dengan angka kunjungan yang tergolong tinggi. Ada yang menyebutkan mereka menunggu pengunjung unik (unique visitor) kanal berdatangan dalam jumlah banyak, dengan menyebut setiap harinya minimal 3 ribu pengunjung. Ada pula yang meminta tidak perhari, melainkan per bulan, dan minimal 10 ribu.


Oh ya, perlu dilihat juga entitas agency iklan itu siapa. Mereka rata-rata berkantor pusat di luar Indonesia. Pasti dong, ada perbedaan cara pandang dalam menilai iklan mana yang dapat dipilih serta iklan apa saja yang mereka sediakan. Untuk pembaca di Indonesia, iklan-iklan berbau erotisme dan perjudian pastilah tidak disukai. Namun karena penerbit-penerbit di Indonesia sebagai pihak yang menjadi client, daya tawarnya tidak terlalu baik. 


Hati-Hati! Driver Ojol Malaysia Bisa Meng-cancel Pesanan dan Mengenakan Denda


Jika mengharapkan industri medianya maju, maka tentulah akan berpikir dua kali ketika menolak konten-konten iklan yang ditabukan itu. Pada waktu pendaftaran pun, sebetulnya sudah mencontreng tidak bersedia menerima iklan-iklan yang mengandung unsur erotisme dan perjudian. Namun, kadang masih ada saja konten-konten iklan digital seperti itu tampil. Apalah daya, kontrol di tangan mereka. Namun, tidak semuanya iklan digital tersebut berbau-bau erotisme dan perjudian. Iklan hiburan dan informasi seperti film, saham, dan program olahraga juga muncul. Masih ada sisi positifnya.


Demikianlah sekilas tentang pernak pernik berselancar dengan iklan dunia digital yang sekarang sedang terjadi. Industri media yang baru berdiri akan menghadapi kesulitan tersebut. Mereka digenjot untuk menaikkan traffic kunjungan. Di samping itu, pengelola kanal media yang tergolong baru dipaksa menghadapi dilema relativitas budaya tentang konten-konten iklan dari penyedia jasa iklan yang berpusat di luar Indonesia tersebut. Rasanya, pembaca di Indonesia juga perlu mengetahui hal ini.


Selamat mencoba.


MN

Komentar

Populer Sepekan

Kuliner Tionghoa-Indonesia: Lebih dari Sekadar Rasa, Ini Soal Identitas dan Memori

Memanfaatkan Setu-Setu di Depok Sekaligus Menjaganya dari Ancaman Alih Fungsi

Kampus Berdampak: Ketika Akademisi dan Masyarakat Bersinergi Menciptakan Solusi Nyata

Melampaui Batas Bahasa: Strategi Jitu Menembus Media Sastra Internasional

Nestapa Pengusaha Muda Tertipu Konsultan Halal

Alih Naskah Pecenongan, Jakarta ke Panggung Imajinasi Lagu dan Komik

Jelang Akhir Tahun, Festival Yi Peng di Chiang Mai Layak Dikunjungi Muslim Traveler

Tak Paham Risiko, Generasi Digital Terjebak FOMO Investasi

ARTIKEL FAVORIT PEMBACA

Memanfaatkan Setu-Setu di Depok Sekaligus Menjaganya dari Ancaman Alih Fungsi

Timun atau Melon Suri yang Selalu Beredar di Jabodetabek di Bulan Suci?

Rudy Chen Kenalkan Kemakmuran Muslim Shadian di Tiongkok

Judi Online Berlari Liar di Antara Pekerja Informal Hingga Anggota Dewan

Musik Gambus "Milik" Betawi Berunsur Kebudayaan Nusantara

H.A. Mudzakir, Santri dan Seniman Langka yang Pernah Dimiliki Jepara

Perpaduan Budaya Penambah Eksotis Masjid Ridho Ilahi, Wilangan, Nganjuk

Antara Pariwisata dan Pelestarian: Dilema Borobudur dalam Perpres 101 Tahun 2024

Melipir Mewarnai Gerabah di Museum Benteng Vredeburg

Kawasan Menteng Bergaya Eropa Jejak Peninggalan Kebijakan Daendals

Kirimkan Artikel Terbaik Anda

Kanal ini menerima sumbangsih tulisan features terkait dengan area dan tujuan kanal. Panjang tulisan antara 500-700 kata. Dikirim dengan format, yakni judul-MN-nama penulis. Isi tulisan di luar tanggung jawab redaksi.