Terkesima Kemajemukan di Stesen Bas Nilai

Siang di terminal bis (stesen bus) Nilai medio Juni 2024 itu begitu ramai. Jika dilihat-lihat, orang-orang yang berada di area stesen ini tidak jauh berbeda dengan pria yang menawarkan permen tadi, yakni orang-orang keturunan Asia Selatan
Tiba-tiba seorang laki-laki yang sejak tadi berjalan mondar-mandir sambil membawa tongkat dan mengenakan turban itu bertanya jam berapa. Setelah itu bertanya lagi hendak ke mana. Usai mendapatkan jawaban, ia bergegas mengayunkan langkahnya mendekati bis yang sedang berhenti di sebuah lajur untuk menunggu jam pemberangkatan. Sosoknya pun menghilang. 

Baca juga: Mengintip Kolej Pelajar di Malaysia

Tidak lama kemudian, pria yang sudah cukup berumur itu muncul kembali dan menghampiri sembari mengatakan kalau bus itu hendak ke Seremban, bukan ke airport KLIA. Di akhir percakapan itu, lelaki yang mudah diidentifikasi sebagai keturunan Asia Selatan dan penganut Sikh itu menawarkan permen kopi yang dikeluarkan dari sakunya dan ternyata permen kopi itu begitu familiarnya karena buatan Indonesia.

Stesen Bas Nilai, Negeri Sembilan (www.klia2.info)


Siang di terminal bis (stesen bas) Nilai medio Juni 2024 itu begitu ramai. Jika dilihat-lihat, orang-orang yang berada di area stesen ini tidak jauh berbeda dengan pria yang menawarkan permen tadi, yakni orang-orang keturunan Asia Selatan. Mereka bercakap-cakap satu sama lain. Jika boleh ditebak, sebagian dari mereka ini adalah para sopir taksi pankalan yang sedang menunggu orderan penumpang. Tidak jauh dari gerombolan itu, taksi-taksi yang sudah tampak kusam warnanya berjejer rapi. Potret jenis transportasi umum yang sudah terlibas jaman, namun hendak terus melawan. Taksi-taksi itu bersedia juga tawar menawar harga. Konon, harganya berkisaran sesuai harga mobil sewa melalui aplikasi.

Kalangan anak mudanya pun juga tidak kalah ramai. Mereka sedang menunggu bis. Tampak dari penampilan mereka ialah para pegawai swasta. Di tengah-tengah keramaian anak muda itu, tampak beberapa orang keturunan Asia Timur. Mereka asyik bercengkerama. Beberapa orang berkulit sawo matang dan berjilbab duduk di sudut-sudut yang lain.

Berjalan di ujung stesen ini, tampak dengan jelas para pelajar berkerumun di emperan sebuah toko waralaba yang beberapa tahun lalu menutup gerainya di Indonesia. Di situ terdapat kedai makanan juga. Tampak mereka tengah memanjakan perut dengan menikmati menu dari kedai ataupun dari gerai convenience store tersebut. Para pelajar yang mengenakan baju seragam ini juga beragam warna kulit, dan sebagian dari mereka mengenakan jilbab.

Karakter fisik sebagai pelengkap kosmopolitannya kota atau bandar yang masuk di kawasan Negeri Sembilan ini juga tidak boleh ditinggalkan. Sebuah restoran yang menyediakan menu nasi kandhar yang tengah trending di Malaysia kini tampak di seberang jalan. Tersedia juga nasi biryani di situ. Teristimewa lagi, di seberang restoran yang buka 23 jam itu, tampak berdiri sekolah di bawah yayasan keturunan China Malaysia yang dinamakan Kuo Min. Sekolah ini menyediakan pendidikan dari jenjang taman kanak-kanak hingga SMA.

Baca juga: Luar Jawa Yang Hampir Terkikis Di Pentas Bola Voli Nasional

Jamaknya terminal bis, pemandangan toko dan bagian-bagian gedung yang usang di stesen bas Nilai tak terelakkan. Loket penjualan tiket pun juga kelihatan apa adanya. Tidak ber-AC dan ruangan tidak begitu luas. Namun begitu, wajah-wajah dan warna kulit multiracial tampak jelas mengelilingi ruangan kecil tersebut.

Roda bis buatan China pelan-pelan mulai bergerak. Begitu bis keluar dari terminal, nuansa kemajemukan masih tampak di kanan kiri jalan dengan dijumpainya tempat-tempat peribadatan yang berbeda-beda. Di Jalan Besar Nilai misalnya, dapat dijumpai kuil Hindu yang cukup besar, Arulmigu Subramaniar temple. Pemandangan seperti yang ditemukan di stesen Nilai, Negeri Sembilan dan kawasan sekitarnya ini menandakan betapa multietnis-nya salah satu kawasan di Malaysia ini. 

Bis pun terus melaju dengan dikemudikan perempuan keturunan China, selepas sebelumnya dikemudikan pria keturunan India.

MN
Latest
First

Komentar

Popular News

Ayam Lodho Trenggalek: Dari Ritual Sakral hingga Kuliner Legendaris

Seni, Bahasa, dan Dialog Antariman: Tiga Jalan Menuju Inklusivitas Beragama di Indonesia

Penjaja Soto Dikriminalisasi dan Sekaligus Dirindukan Kolonial

Menelusuri Jejak Sejarah Kota Malang Lewat Tur Jelajah Klodjian

Kembalinya Roxette Ke Pentas Musik Dunia

Pulau Terluar yang Dieksplorasi Anak Ekonomi

Kehidupan di Wilayah Perbatasan Tak Seindah Pos Perbatasan

Semarak Peringatan Hari Lansia Nasional 2025 di Hutan Malabar

Haji dalam Sastra Indonesia: Kisah Transformasi Jiwa dan Masyarakat

Inovasi Museum yang Mengubah Cara Kita Belajar

ARTIKEL FAVORIT PEMBACA

Memanfaatkan Setu-Setu di Depok Sekaligus Menjaganya dari Ancaman Alih Fungsi

H.A. Mudzakir, Santri dan Seniman Langka yang Pernah Dimiliki Jepara

Rudy Chen Kenalkan Kemakmuran Muslim Shadian di Tiongkok

Melipir Mewarnai Gerabah di Museum Benteng Vredeburg

Judi Online Berlari Liar di Antara Pekerja Informal Hingga Anggota Dewan

Timun atau Melon Suri yang Selalu Beredar di Jabodetabek di Bulan Suci?

Menyusuri 125 Tahun Dedikasi Ursulin dalam Pendidikan di Malang

Antara Pariwisata dan Pelestarian: Dilema Borobudur dalam Perpres 101 Tahun 2024

Musik Gambus "Milik" Betawi Berunsur Kebudayaan Nusantara

Menelusuri Jejak Sejarah Kota Malang Lewat Tur Jelajah Klodjian

Kirimkan Artikel Terbaik Anda

Kanal ini menerima sumbangsih tulisan features terkait dengan area dan tujuan kanal. Panjang tulisan antara 500-700 kata. Dikirim dengan format, yakni judul-MN-nama penulis. Isi tulisan di luar tanggung jawab redaksi.