Ia juga mengungkapkan fenomena FOMO (fear of missing out) yang mendorong generasi muda membuka akun investasi hanya karena ikut-ikutan influencer
Di tengah derasnya arus transformasi digital, Universitas Ma Chung, Malang, menghadirkan sebuah forum gagasan dan kolaborasi melalui Seminar Nasional 2025 bertajuk “The Power of Collective Impact: The Synergy of Innovation, AI, and Digital Economy for Social Empowerment” pada 29 Juli 2025. Menghadirkan para pemangku kebijakan dan pelaku industri, acara ini menjadi panggung penting untuk membahas tantangan dan peluang dari perkembangan teknologi terhadap pemberdayaan sosial di Indonesia.
![]() |
Seminar Nasional Universitas Ma Chung, Malang, 29 Juli 2025 (Latifah/Melipirnews) |
Tantangan Besar Dunia Digital
Salah satu topik hangat yang dibahas adalah bagaimana perpajakan menghadapi kompleksitas transaksi digital dan penggunaan kecerdasan buatan. Marihot dari Direktorat Jenderal Pajak menyoroti kesulitan utama dalam pemajakan ekonomi digital: “Tantangan terbesarnya adalah tanpa kehadiran fisik, bisnis digital itu borderless, dan sering kali anonim.”
Ia menjelaskan bahwa pemerintah telah menerapkan mekanisme withholding tax terhadap transaksi di marketplace, serta insentif berupa pengurangan pajak bagi industri yang berinvestasi dalam pelatihan teknologi, AI, dan riset robotik. Namun, literasi pajak di tengah masyarakat digital masih menjadi pekerjaan rumah besar.
Lonjakan Inklusi Finansial, Tapi Literasi Tertinggal
Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia Jawa Timur, Cita Mellisa, membawa perhatian peserta pada fenomena paradoksal pasca-pandemi: meningkatnya inklusi keuangan tanpa diimbangi oleh literasi. “Literasi tahun 2025 hanya 66%, sementara inklusi mencapai 80%. Artinya, akses terhadap produk keuangan sudah tinggi, tapi pemahamannya masih minim.”
Baca juga: Tokoh Lokal: Tenaga Kerja Asing Miliki Daya Juang Sampai Menjangkau Pulau Terpencil
Ia juga mengungkapkan fenomena FOMO (fear of missing out) yang mendorong generasi muda membuka akun investasi hanya karena ikut-ikutan influencer. “Kami melihat mahasiswa membuka rekening efek hanya karena menonton TikTok atau YouTube, tanpa memahami risiko,” ujarnya. Bursa Efek kini gencar melakukan edukasi melalui 650 kegiatan literasi sejak Januari 2025, termasuk dengan kampus dan komunitas lokal.
Perlindungan Investor dan Teknologi Cerdas
Menjawab tantangan itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkenalkan Indonesia Anti Scam Center (IASC), sistem baru yang diluncurkan pada November 2024 untuk merespons laporan penipuan digital secara cepat. “IASC mengumpulkan 17 bank di bawah koordinasi OJK untuk memblokir rekening-rekening penipu dalam waktu 5 hari,” jelas Farid Faletehan, Kepala OJK Malang. Sistem ini sudah memblokir sekitar 346 miliar rupiah dari kerugian penipuan digital senilai 3,8 triliun.
![]() |
Advertisement |
Namun, integrasi data lintas lembaga masih menjadi tantangan. “Sistem kami belum terhubung langsung karena setiap lembaga memiliki rahasia jabatan dan batasan hukum masing-masing,” terang Marihot saat menjawab pertanyaan mahasiswa terkait integrasi AI antara OJK, DJP, dan BEI.
Investasi Bukan Hanya Ikut-Ikutan
Menanggapi tren investasi online, Cita Mellisa mengingatkan pentingnya selektivitas dalam memilih sekuritas. “Memilih sekuritas itu seperti memilih jodoh,” ujarnya. Ia menekankan pentingnya memperhatikan aspek layanan, keamanan, dan fungsi sekuritas. Tidak semua platform cocok untuk semua investor, dan tidak semua perusahaan Tbk layak dibeli sahamnya, terutama startup yang masuk dalam papan "new economy".
Bursa juga memberikan tanda notasi khusus pada kode saham yang masuk dalam kategori berisiko, seperti yang belum melaporkan laporan keuangan atau mencatatkan kerugian terus-menerus. Tujuannya adalah untuk melindungi investor pemula dari jebakan investasi bodong atau terlalu spekulatif.
Malang dalam Peta Ekonomi Digital
Dari sisi lokal, data digital competitiveness index menunjukkan bahwa Kota Malang menempati peringkat 8 dari 157 kota/kabupaten se-Indonesia dalam adopsi teknologi digital. "Ini berarti struktur digital di Malang sudah cukup matang dan menjadi modal penting untuk pemberdayaan sosial berbasis teknologi," ujar Farid.
Baca juga: Menguak Ekonomi Bayangan Global
Namun, peringkat Kabupaten Malang masih di posisi 119, menunjukkan masih banyak ruang untuk peningkatan. Oleh karena itu, sinergi antara regulator, universitas, pelaku usaha, dan komunitas digital menjadi kunci.
Sinergi Nyata, Bukan Sekadar Retorika
Seminar ini juga menjadi panggung nyata kolaborasi lintas lembaga. OJK, BEI, dan DJP menyampaikan komitmen mereka untuk terus bersinergi dalam edukasi, perlindungan konsumen, hingga reformasi regulasi. Universitas Ma Chung, dengan galeri investasinya yang pernah meraih peringkat dua nasional dalam volume perdagangan, menjadi mitra aktif dalam gerakan literasi finansial.
Melalui seminar ini, Universitas Ma Chung menegaskan posisinya bukan hanya sebagai lembaga pendidikan, tapi juga sebagai katalis perubahan sosial dan ekonomi berbasis pengetahuan. Di tengah disrupsi teknologi, kampus menjadi mercusuar literasi dan inklusi. Sebuah langkah kecil dengan dampak besar untuk memberdayakan masyarakat melalui sinergi digital yang cerdas dan inklusif.
Latifah/Melipirnews
Komentar
Posting Komentar