Enam Kisah Penambal Ban Sampai ke Baitullah

Berhaji merupakan rukun Islam yang kelima dan diutamakan bagi yang mampu. Dalam praktiknya, persoalan mampu dan tidak mampu menjadi sangat relatif. Beberapa jenis pekerjaan yang sepertinya sulit mendatangkan cuan besar untuk berhaji, nyatanya justru mengantarkan pemilik profesi itu berangkat ke baitullah. Di musim haji saat ini, tidak ada salahnya mengulik kisah para peraih mimpi sampai ke baitullah itu walaupun jenis pekerjaannya tidak tampak mentereng, yakni penambal ban. 

Berikut 6 saja kisah penambal ban yang berhasil dihimpun redaksi melipirnews.


1. Subandi

Kisah pertama datang dari Sidoarjo, Jawa Timur. Dilansir dari Detik, Subandi merupakan warga Desa Gelam, Kecamatan Candi, Sidoarjo. Tahun 2019 ia menunaikan ibadah haji bersama sang istri setelah 15 tahun menabung di bawah kasur.

Sebelum menjadi penambal ban, Subandi muda pernah berjualan es dan kue keliling kampung setiap pulang sekolah. Untuk menutup kekurangan dari hasil jualan keliling, ia pun memberanikan diri membantu kenalannya tukang tambal ban. Selepas sekolah, Subandi memutuskan membuka jasa tambal ban sendiri.

Setelah ketiga anaknya tumbuh dewasa, Subandi baru berfikir untuk pergi haji. Awal tahun 2004, Subandi mulai menabung. Setiap hari ia menabung mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu. Enam tahun berselang, Subandi mendaftar untuk pergi haji.

2. Anantono Anak Ragil

Kisah inspiratif kedua ditunjukkan Anantono Anak Ragil, warga Desa Nepen, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Bersumber dari Radar Solo tukang tambal ban ini akhirnya bisa berangkat ke Tanah Suci tahun 2022. Keberangkatannya sebenarnya dijadwalkan pada 2020, namun terpaksa harus ditunda karena pandemi Covid-19.

Untuk menggapai mimpinya, dia menabung sedikit demi sedikit dari keringatnya sebagai penambal ban. Hingga dengan tekad bulat, dia memberanikan diri mendaftar haji pada Desember 2011 silam. Terhitung menabung selama 22 tahun, uang tabungannya digunakan untuk melunasi biaya naik haji. Tabungan tersebut dikumpulkannya sejak bekerja di pelabuhan hingga dia memilih menjadi tukang tambal ban.

3. Nyono

Dikutip dari beritasatu.com, kisah penambal selanjutnya yaitu Nyono yang tinggal di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Sosok ini tak menyangka jika akhirnya berhasil menjadi salah satu calon jemaah haji lansia yang diberangkatkan ke Tanah Suci pada musim haji tahun 2023 ini. Penantiannya selama 12 tahun silam, ternyata bisa terwujud.

Nyono sebelumnya pernah bekerja sebagai seorang tukang tambal ban sejak tahun 1980-an. Pria berusia 73 tahun itu, akhirnya mendapatkan panggilan, setelah namanya masuk ke dalam salah satu calon jemaah haji cadangan, yang rencananya diberangkatkan pada tahun 2023 ini.

4. Waridjun

Pria ini berasal dari Indramayu, Jawa Barat kemudian merantau ke Jakarta. Dikutip dari inews.id keahlian Waridjun menambal ban diperolehnya saat masih menarik becak di Indramayu. Waridjun membuka usaha bengkel tambal ban di Rawamangun, Jakarta Timur, sejak tahun 1973 sembari menjadi pengojek motor, hingga 1992. Setelah melepaskan profesi sebagai tukang ojek, ia putuskan menekuni profesi penambal ban. Perjalanan ibadah haji dilaluinya tahun 2007.

5. Safuan Azis

Kisah heroik penambal ban berikutnya datang dari Semarang, Jawa Tengah. Diangkat dari merdeka.com Safuan membuka kios tambal ban di rumahnya, Kampung Mangunharjo RT 02/RW II Tugu, Kota Semarang. Setiap hari, ia melayani puluhan motor yang bannya bocor atau sekadar menambah angin.

Sebagai penambal ban, penghasilannya tidak menentu. Saat banyak motor yang bannya butuh ditambal, dia bisa mendapat Rp 50 ribu sehari. Namun karena keinginannya yang kuat untuk pergi berhaji, ia sisihkan penghasilannya untuk ditabung. Sejak 2008, Azis ikut menabung sedikit demi sedikit uang dari hasil menambal ban. Bersama istrinya, Safuan Azis melaksanakan ibadah haji tahun 2018 silam.

6. Kasminah

Perempuan ini belajar membengkel secara otodidak sejak tahun 1980an. Dilansir dari Murianews.com awalnya bersama suaminya, ia membuka usaha bengkel di samping rumahnya di RT 01, RW 03, Desa Mejobo, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Di bengkelnya ia melayani kebutuhan mulai dari tambal ban, ganti oli, servis sepeda motor, sampai reparasi berbagai jenis sepeda. Mulai tahun 2015, Kasminah melanjutkan usaha bengkel sendiri sepeninggal suaminya. Uang dari kerja kerasnya mampu mengantarkannya naik haji di tahun 2017 silam.

MN
Baca Juga

Komentar

Buku Baru: Panduan Praktis Penelitian Sosial-Humaniora

Berpeluh Berselaras; Buddhis-Muslim Meniti Harmoni

Verity or Illusion?: Interfaith Dialogue Between Christian and Muslim in the Philippines

IKLAN ANDA

IKLAN ANDA

Kirimkan Artikel Terbaik Anda

Kanal ini menerima sumbangsih tulisan features terkait dengan area dan tujuan kanal. Panjang tulisan antara 500-700 kata. Dikirim dengan format, yakni judul-MN-nama penulis.Isi tulisan merupakan tanggung jawab penulis.