Netizen Indonesia dan Malaysia sering salah paham soal batik. Masing-masing memiliki klaim, dengan perbedaan coraknya masing-masing. Di balik itu semua sebenarnya menunjukkan kesamaan selera warna dalam berbusana baik warga Malaysia maupun Indonesia, walaupun secara faktual, batik sebagai warisan dunia takbenda UNESCO jatuh ke tangan Indonesia yang ditetapkan pada 2 Oktober 2009.
![]() |
Sumber: Garuda Indonesia |
Sengkarut dua negeri jiran soal batik itu ternyata tak menyurutkan maskapai penerbangan plat merah masing-masing negara untuk mempopulerkan batik dan ujungnya, menjadikan batik sebagai identitas pesawat komersial itu maupun untuk dikenakan para cabin crrew-nya.
Baca juga: H.A. Mudzakir, Santri dan Seniman Langka yang Pernah Dimiliki Jepara
Malaysia Airline sudah lama menjadikan batik sebagai bagian dari tampilan ikonik dengan batiknya. Sejak membuka layanan pernerbangan tahun 1963, karakter lokal juga sudah digaungkan dengan mengangkat model kebaya yang kemudian pada tahun 1972 dimasukkanlah unsur batik. Bahkan maskapi ini pernah menyelenggarakan kampanye "Heritage in the Skies", tahun 2023 lalu, bertepatan dengan peringatan 50 tahun rute andalannya, Kuala Lumpur-London, koleksi spesial ini menampilkan awak kabin yang mengenakan enam desain kebaya yang berbeda pada penerbangan biasa.
Selain itu, sebuah pameran khusus diselenggarakan di Terminal 1 Bandara Internasional KL (KLIA) mulai 3 hingga 14 November 2024, yang memungkinkan para pelancong dan pengunjung untuk menjelajahi keindahan dan keahlian abadi dari keenam seragam Sarong Kebaya dari dekat. Melalui aktivitas di dalam pesawat dan di darat, Malaysia Airlines mengajak semua orang untuk menyelami esensi budaya yang telah mewarnai layanannya selama lima dekade terakhir.
Pada tahun 1963, Malaysia Airlines memulai perjalanan baru dengan seragam awak kabinnya, dimulai dengan Kebaya Sarung berwarna merah cabai yang menampilkan korset kutu baru tradisional dan sembilan lipatan. Selama beberapa dekade, seragam ini telah mencerminkan pertumbuhan maskapai dan warisan Malaysia yang kaya. Desain tahun 1967 memperkenalkan pola warna tanah yang mencolok, sementara pembaruan tahun 1972 memasukkan motif batik untuk menandai era baru bagi maskapai ini.
Pada tahun 1976, seragam tersebut menampilkan corak hijau, biru, dan kuning, merayakan keindahan alam Malaysia. Pada tahun 1986, desain ulangnya menggabungkan batik tradisional dengan kelarai Sarawak yang didefinisikan sebagai pola tenun kotak-kotak, sebuah karya seni yang diwariskan turun-temurun dalam budaya Melayu dan Asia Tenggara. Pada tahun 1992, rumah mode Italia Gherardini menambahkan motif bunga lokal ke dalam desainnya.
Saat ini, kebaya yang ada diakui sebagai salah satu seragam awak kabin terindah di dunia. Memperbarui replika Gherardini dari tahun 1992 dengan corak merah muda dan ungu yang lebih dalam, kebaya ini memadukan motif bambu dan kelarai dengan bunga-bunga lokal – cempaka, melati, dan kembang sepatu. Perpaduan flora dan fauna tradisional Malaysia dengan seni batik ini menciptakan gambaran yang kaya yang menangkap esensi Malaysia.
Desain bunga yang rumit pada seragam ini, dipadukan dengan elemen batik, mencerminkan kekayaan budaya Malaysia sekaligus menawarkan fungsionalitas modern. Warna-warna yang pekat, bersama dengan motif batik yang halus, melambangkan perpaduan yang harmonis antara tradisi dan inovasi, yang memungkinkan awak kabin untuk mewujudkan semangat keramahtamahan, seni, dan warisan Malaysia dalam setiap penerbangan.
Baca juga: Mengintip Kolej Pelajar di Malaysia
Garuda Indonesia Airlines (GIA) juga tak kalah seriusnya dalam mengangkat batik sebagai ikon. Desainer kenamaan Anne Avantie digaet GIA untuk menghadirkan kebaya khusus untuk pramugari pada penerbangan Jakarta-Semarang pada tahun 2019. Saat itu disebut busana "Kebaya Pertiwi".
Seperti diberitakan oleh Antara, seragam pramugari rancangan Anne berupa kebaya brokat katun yang dipadukan dengan batik motif klitik boket yang memperlihatkan citra wibawa namun tetap anggun. Anne membuat siluet kebaya berkerah Kartini sebagai wujud emansipasi wanita. Dia memilih motif ceplok sekar wangi dengan warna lembut sebagai simbol dari kelembutan dan keanggunan para perempuan. Bahan brokat katun yang digunakan pada seragam ini cukup lentur dan nyaman dipakai oleh pramugari saat bekerja.
Desainer kondang ini juga sangat memperhatikan detail busana untuk pramugari ini termasuk setinggi apa selendang sampur agar tidak mengganggu gerak pramugari.Anne memastikan seragam yang ia rancang tidak menghambat pekerjaan di atas pesawat.
Melipirnews
Komentar
Posting Komentar