Getuk Goreng Banyumas dan Impian Tembus Pasar Dunia

Bahan-bahan pembuatan getuk goreng pun melimpah di wilayah Banyumas dan sekitarnya

Apa yang terbersit dalam benak setiap pengendara dari luar kota yang melewati wilayah Banyumas? Mungkin getuk goreng menjadi salah satunya. Membayangkan merahnya gula yang membalut empuk dan gurihnya olahan singkong yang dibentuk bulatan atau kotak sedemikian rupa, akan sanggup menunda rasa lapar walaupun perut sedikit keroncongan. 

Getuk goreng (Sumber: Pariwisata Jawa Tengah)

Sebenarnya getuk goreng tidak berlebihan bentuknya. Di samping legit seperti getuk pada umumnya, terdapat sensasi gurih garing di luar karena tepung beras yang menyelimuti getuknya. Bahan-bahan pembuatan getuk goreng pun melimpah di wilayah Banyumas dan sekitarnya. Selain pohon singkong yang tumbuh subur, dan dulu pernah menjadi makanan pokok, buah kelapa dan gula aren juga dibudidayakan secara meluas sejak dulu di kawasan ini. 

Baca juga: Kuliner Tionghoa-Indonesia: Lebih dari Sekadar Rasa, Ini Soal Identitas dan Memori

Proses pembuatannya sebenarnya tidak terlalu rumit. Setelah matang dikukus, singkong kemudian dihaluskan sebelum dicampur bahan lainnya. Proses selanjutnya kemudian digoreng, yang selain membuat sensasi rasa yang berbeda, juga membuat getuk lebih awet. Warna coklat yang ada di dalam getuk goreng ini, selain karena dampak dari penggorengan, juga karena penggunaan gula aren. Dan yang pasti, hal ini membuat getuk goreng sangat cocok menjadi buah tangan setiap pulang dari berkunjung ke Banyumas. Salah satu wilayah Banyumas yang menjadi sentra pengusaha getuk goreng ini adalah Kecamatan Sokaraja

Bila selagi di Banyumas dan tidak mau ambil pusing memilih gerai getuk goreng, menurut Daniel, pengusaha asli Banyumas, pengunjung bisa mampir ke salah satu gerai yang menjual getuk goreng yang cukup dikenal masyarakat dari luar Banyumas yakni Getuk Goreng 88. Setiap hari libur dan weekend, gerai getuk goreng ini selalu ramai pengunjung terutama dari luar daerah yang umumnya kerap datang berombongan. Bis-bis besar pun dapat leluasa parkir di halaman gerai ini.  

Apakah Getuk Goreng Sanggup Menembus Pasar Dunia?

Membayangkan getuk goreng beredar di belahan dunia  selain di dalam negeri Indonesia tentulah sebuah keseruan tersendiri. Menembus pasar Amerika Utara dan Eropa mungkin sulit karena di sana bukan menjadi makanan pokok ataupun jajanan favorit. Namun beberapa negara Afrika yang menjadikan singkong atau mogo (dalam bahasa Swahili) sebagai makanan pokok bukanlah bayangan yang muluk. Selain Asia dan Amerika Latin, Afrika merupakan penghasil singkong terbesar di dunia. Menurut catatan FAO, 5 urutan negara di dunia penghasil singkong terbesar yang total mencapai 70 persen, yaitu Nigeria, Brazil, Thailand, Indonesia dan Republik Demokratik Congo. Indonesia ternyata masih di bawah Thailand yang sama-sama di kawasan Asia Tenggara. 

Olahan singkong dalam bentuk lain, selain getuk goreng, sudah mendunia seperti dalam catatan FAO. Lembaga pangan dunia ini mencatat, dalam tiga dekade terakhir, pengolahan singkong menjadi keripik dan pelet singkong kering (sekitar dua setengah ton singkong dibutuhkan untuk menghasilkan satu ton keripik dan pelet) telah dipasarkan di Asia dan Amerika Latin serta Karibia. Selain itu untuk dijual ke pabrik pakan terpadu ataupun untuk menjadi tepung pati. Namun untuk menjadi makanan manis nan menggoda, nampaknya belum ada studi yang lebih komplit. 

Baca juga: Ayam Lodho Trenggalek: Dari Ritual Sakral hingga Kuliner Legendaris

Modifikasi singkong yang diambil dari pati-nya, di Brazil misalnya, terkenal jajanan dengan nama pão de queijo (cheese bread). Ini sejenis tepung singkong diolah dan dikombinasi dengan keju dan susu. Ada lagi jajanan yang dinamakan cassava pone, yang terkenal di negara-negara Barbados, Trinidad dan Tobago, atau di Guyana. Makanan ini dijadikan hidangan penutup yang manis, lembap, dan kenyal, yang terbuat dari singkong, labu, ubi jalar, kelapa, gula, pala, mentega, dan susu. Namun jenisnya tetap berbeda dengan getuk goreng dari Sokaraja. Jadi, ekspor getuk ke Afrika mungkin akan menjadi tantangan ke depan setelah keberhasilan mie instan dari Indonesia menembus pasaran benua itu. 

Melipirnews

Komentar

Populer Sepekan

Kisah Sukses Woko Channel di Mata Emak Kedai Kopi Pinggir Jalan Manyaran

Rudy Chen Kenalkan Kemakmuran Muslim Shadian di Tiongkok

Menguak Misteri UFO di Malang: Ketika Intuisi dan Sains Berkolaborasi

Memanfaatkan Setu-Setu di Depok Sekaligus Menjaganya dari Ancaman Alih Fungsi

Alih Naskah Pecenongan, Jakarta ke Panggung Imajinasi Lagu dan Komik

Mengulik Cerita Para Algojo 65 Menghilangkan Trauma

Setelah Setengah Abad Menghilang, Wayang Topeng Menak Malangan Bangkit Kembali

Panjat Pinang, Selain Menghibur Juga Mempersatukan

ARTIKEL FAVORIT PEMBACA

Memanfaatkan Setu-Setu di Depok Sekaligus Menjaganya dari Ancaman Alih Fungsi

Timun atau Melon Suri yang Selalu Beredar di Jabodetabek di Bulan Suci?

Rudy Chen Kenalkan Kemakmuran Muslim Shadian di Tiongkok

Judi Online Berlari Liar di Antara Pekerja Informal Hingga Anggota Dewan

Musik Gambus "Milik" Betawi Berunsur Kebudayaan Nusantara

Perpaduan Budaya Penambah Eksotis Masjid Ridho Ilahi, Wilangan, Nganjuk

H.A. Mudzakir, Santri dan Seniman Langka yang Pernah Dimiliki Jepara

Antara Pariwisata dan Pelestarian: Dilema Borobudur dalam Perpres 101 Tahun 2024

Melipir Mewarnai Gerabah di Museum Benteng Vredeburg

Kawasan Menteng Bergaya Eropa Jejak Peninggalan Kebijakan Daendals

banner

Kirimkan Artikel Terbaik Anda

Kanal ini menerima sumbangsih tulisan features terkait dengan area dan tujuan kanal. Panjang tulisan antara 500-700 kata. Dikirim dengan format, yakni judul-MN-nama penulis. Isi tulisan di luar tanggung jawab redaksi.