Perubahan sosial yang terjadi pada awal tahun 1990-an, terutama kebangkitan Gerakan Perempuan Indonesia, telah memberikan dampak besar pada peran gender dalam keluarga.
Salah satu indikasi perubahan ini adalah peningkatan jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) perempuan, yang melonjak dari 46 persen pada tahun 2017 menjadi angka yang lebih tinggi pada tahun 2022. Hal ini menunjukkan semakin banyak perempuan yang aktif berkarir dan menjadi pencari nafkah utama.
Tren ini diikuti dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang memilih menjadi Bapak Rumah Tangga. Mereka yang lebih banyak mengurus rumah tangga dan pengasuhan anak. Ternyata tidak hanya di Indonesia, fenomena ini juga terlihat di negara lain, seperti di Amerika Serikat yang mengalami peningkatan jumlah Bapak Rumah Tangga sebanyak dua kali lipat dari tahun 1989 hingga 2012, dan di Hong Kong yang juga mengalami kenaikan signifikan.
Di Indonesia, meskipun belum tersedia data statistik yang komprehensif mengenai fenomena ini, mulai muncul apa yang didefinisikan dengan istilah female breadwinner, yaitu merujuk pada perempuan yang memperoleh sebagian besar atau seluruh pendapatan rumah tangga. Ini mencakup perempuan yang berstatus cerai mati, cerai hidup, belum menikah, atau menikah namun suami tidak bekerja, memiliki pekerjaan serabutan, atau mengalami kondisi lainnya yang membatasi kemampuannya dalam mencari nafkah.
Meningkatnya jumlah Bapak Rumah Tangga memunculkan krisis maskulinitas, yaitu perasaan di mana laki-laki merasa tidak memenuhi harapan masyarakat sebagai pemimpin dan penyedia. Penelitian yang pernah ada menunjukkan bahwa kenyamanan suami dalam peran baru ini sangat dipengaruhi oleh dukungan dan penerimaan dari pasangan dan komunitas mereka. Pelatihan dan bimbingan psikologis juga dapat membantu mereka beradaptasi dengan perubahan peran ini.
Perubahan sosial ini menuntut paradigma baru yang berbasis pada pengalaman perempuan, dan hal ini menjadi topik dalam Konferensi Pengetahuan dari Perempuan IV yang diadakan pada 17-19 September 2024 di Universitas Brawijaya, Malang.
Penulis: Latifah (Malang, Jawa Timur)
Editor: MN
Komentar
Posting Komentar