Untuk mengikuti kursus kepelatihan AFC Pro harus sanggup menyelesaikan 6 modul dan setiap modulnya menghabiskan biaya hingga Rp. 50 juta
Pada acara National Coach Conference 2025 yang diselenggarakan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) pada Jumat (18/7/2025), Ketua Umum PSSI Erick Thohir menegaskan di masa yang akan datang akan dibutuhkan banyak pelatih sepakbola, seiring dengan perubahan terbaru pada statuta PSSI. Di setiap kabupaten atau kota akan berdiri lebih kurang 25 klub sepakbola untuk menggulirkan kompetisi di level grassroot. Diperkirakan kebutuhan pelatih sepakbola akan meningkat mencapai 36 ribu pelatih, sementara sekarang pelatih yang didata PSSI baru sekitar 15 ribu orang.
![]() |
Sumber: freepik.com |
Tertarik untuk menjadi pelatih sepakbola? Sebenarnya, semenarik apakah menjadi pelatih sepakbola yang profesional itu? Nuralim, mantan pemain nasional di era tahun 1990-an dalam sebuah wawancaranya di acara podcast menggambarkan dunia kepelatihan sepakbola yang ternyata tidak ubahnya dengan dunia pemain. Tatkala pemain beraktifitas di klub sepakbola, di situlah pelatih juga harus hadir mendampingi anak asuhnya. Jadi, hampir tidak dapat dipisahkan dunia pemain dan pelatih. Karena itu Nuralim yang ingin menghindari rutinitas sepakbola setelah memutuskan berhenti menjadi pemain profesional, belum memutuskan untuk menerjuni dunia kepelatihan.
![]() |
Advertisement |
Baca juga: Membandingkan Garnacho Yang Bertato Dengan Asnawi Yang Tidak Bertato
Untuk menjadi pelatih ternyata juga tidak sederhana prosesnya. seorang calon pelatih harus membuktikan keterlibatannya dalam sepakbola dengan menjadi pelatih di sebuah sekolah sepakbola (SSB). Atas rekomendasi SSB, seseorang baru dapat mengikuti kursus kepelatihan dengan Lisensi D yang diselenggarakan oleh asosiasi provinsi, kota maupun kabupaten. Barulah setelah mendapatkan Lisensi D, seseorang dibolehkan menjadi pelatih di SSB.
Selanjutnya, untuk mendapatkan Lisensi C, seorang calon pelatih harus mengikuti kursus yang diselenggarakan federasi. Persyaratannya pun cukup ketat, yakni setidaknya pernah menjadi pemain nasional, atau telah mendapatkan Lisensi D dan juga telah aktif di sepakbola tingkat grassroot ataupun SSB selama 6 bulan lamanya. Nah, setelah mendapatkan Lisensi C, baru diperbolehkan menjadi pelatih kepala klub liga 3, pelatih kepala di Elite Pro U-18, pelatih kepala di Elite Pro Academy U-16, pelatih kepala klub Liga 1 putri, dan asisten pelatih di klub Liga 2.
Selepas lisensi paling bawah dari AFC itu, terus berjenjang hingga Lisensi B AFC, Lisensi A AFC dan Lisensi AFC Pro. Untuk memperoleh Lisensi AFC Pro, selain juga telah malang melintang di dunia kepelatihan klub liga 1 dan juga tim nasional, seseorang yang ingin mengikuti kursus kepelatihan Lisensi AFC Pro juga harus siap-siap merogoh kocek yang cukup dalam. Budi Sudarsono, salah satu legenda striker timnas yang dikenal dengan gocekan ular phiton-nya pernah menyebutkan dalam sebuah podcast, bahwa untuk mengikuti kursus kepelatihan AFC Pro harus sanggup menyelesaikan 6 modul dan setiap modulnya menghabiskan biaya hingga Rp. 50 juta.
![]() |
Advertisement |
Dengan perjuangan yang begitu berat dan mahal menjadi pelatih sepakbola di Indonesia, apa yang akan didapat seorang pelatih? Apakah worth it? Tentu ini semua paham. Garansinya, iklim sepakbola di Indonesia tergolong bagus. Paling tidak hal ini diakui para pemain asing yang datang ke Indonesia. Supporter fanatik setiap klub yang juga kesenangan mereka "nribun", datang memenuhi stadion pada saat tim kesayangannya bermain. Stadion-stadion yang telah memenuhi standard FIFA belakangan ini, juga menjadi jaminan ekosistem persepakbolaan di Tanah Air yang semakin baik. Akhirnya, ketenaran dan pendapatan finansial akan didapatkan dari profesi menjadi pelatih sepakbola.
Baca juga: Luar Jawa Yang Hampir Terkikis Di Pentas Bola Voli Nasional
Hanya saja ternyata tidak cukup itu. Rahmad Darmawan, mantan pemain nasional dan juga pelatih kenamaan yang biasa dipanggil Coach RD, menuturkan dalam sebuah podcast juga, seorang pelatih juga harus memiliki kesiapan mental. Pelatih harus bisa menjaga keseimbangan mental terutama ketika timnya mendapatkan hasil yang tidak memuaskan. Komentar pedas para supporter dan juga kalangan media bukan perkara mudah diatasi. Mental yang tidak siap akan mempengaruhi perjalanan karir seorang pelatih, walaupun karir sebagai pelatih mendapatkan apresiasi yang tinggi di masyarakat.
Melipirnews
Komentar
Posting Komentar