Baru-baru ini, tertangkap kamera ada sebagian masyarakat Jakarta memanfaatkan Sungai Ciliwung yang melintasi kawasan Sawah Besar untuk berkegiatan dan bermain.
Anak-anak remaja bermain di endapan kali Ciliwung, Sawah Besar, Jakarta Pusat (Dok. Melipirnews) |
Anak-anak remaja yang bermain di endapan sungai Ciliwung itu bahkan bertelanjang dada. Dengan motif dan dalih apapun, sebenarnya kegiatan tersebut tergolong berisiko dari sisi kesehatan. Tidak lain karena sungai Ciliwung dan sungai-sungai lain di Jakarta sudah kadung terkenal sebagai tempat pelimbahan.
Nasib Pengungsi Myanmar yang Terdampar di Kawasan Aceh: Terancam Masa Depannya
Satmoko Yudo, dalam artikelnya berjudul, Kondisi Kualitas Air Sungai Ciliwung di Wilayah DKI Jakarta Ditintau dari Parameter Organik, Amoniak, Fosfat, Deterjen dan Bakteri Coli yang terbit di Jurnal Akuakultur Indonesia (2010), menyebutkan terdapat 13 sistem aliran sungai yang mengalir di wilayah DKI Jakarta yang sebagian besar berhulu di daerah Jawa Barat dan bermuara di Teluk Jakarta. Artinya Jakarta menjadi daerah yang dilewati arus limbah tersebut, khususnya limbah domestik .
Bisakah sungai dan limbah dipisahkan? Jawabannya tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 112 Tahun 2005 menyebutkan air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga, perumahan, rumah susun, apartemen, perkantoran, rumah dan kantor rumah dan toko, rumah sakit, mall, pasar swalayan, balai pertemuan, hotel, industri, sekolah, baik berupa grey water (air bekas) ataupun black water (air kotor/tinja). Mau diarahkan ke mana limbah-limbah ini jika tidak dibuang ke sungai?
Namun ada baiknya terus mengikuti artikel dalam jurnal tersebut untuk sekadar menambah wawasan. Yudo melanjutkan, limbah domestik terbagi dua,yaitu berasal dari air cucian seperti sabun, deterjen, minyak dan pestisida dan kedua berasal dari kakus seperti sabun, shampo, tinja dan air seni. Air limbah domestik menghasilkan senyawa organik berupa protein, karbohidrat, lemak dan asam nukleat.
Di saat puncak kemarau, saat debit air sungai turun hingga 300 persen, maka masukan bahan organik ke dalam badan air akan mengakibatkan penurunan kualitas air. Saat kemarau, badan air memerlukan oksigen ekstra guna mengurai ikatan dalam senyawa organik (dekomposisi), akibatnya akan membuat sungai miskin oksigen, membuat jatah oksigen bagi biota air lainnya berkurang jumlahnya. Pengurangan kadar Oksigen dalam air ini sering mengakibatkan peristiwa ikan mati masal akibat kekurangan Oksigen.
Aspek negatif selanjutnya, limbah organik mengandung padatan terlarut tinggi menimbulkan kekeruhan dan mengurangi penetrasi cahaya matahari bagi biota fotosintetik. Bayangkan, puluhan ton padatan terlarut yang dibuang hampir lebih dari 3 juta orang akan mengendap dan merubah karakteristik dasar sungai, akibatnya beberapa biota yang menetap di dasar sungai akan lenyap.
Pencemaran limbah domestik umumnya mengandung beberapa bahan pencemar antara lain BOD, COD, amonia, fosfat, deterjen dan tinja. Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh bakteri pengurai untuk menguraikan bahan pencemar organik dalam air. Makin besar konsentrasi BOD suatu perairan, menunjukkan konsentrasi bahan organik di dalam air yang juga tinggi. Adapun Chemical Oxygen Demand (COD) menyangkut banyaknya oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia. Secara umum, angka BOD yang tinggi, mengindikasikan semakin besar tingkat pencemaran yang terjadi.
Satmoko Yudo, dalam artikelnya berjudul, Kondisi Kualitas Air Sungai Ciliwung di Wilayah DKI Jakarta Ditintau dari Parameter Organik, Amoniak, Fosfat, Deterjen dan Bakteri Coli yang terbit di Jurnal Akuakultur Indonesia (2010), menyebutkan terdapat 13 sistem aliran sungai yang mengalir di wilayah DKI Jakarta yang sebagian besar berhulu di daerah Jawa Barat dan bermuara di Teluk Jakarta. Artinya Jakarta menjadi daerah yang dilewati arus limbah tersebut, khususnya limbah domestik .
Bisakah sungai dan limbah dipisahkan? Jawabannya tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 112 Tahun 2005 menyebutkan air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga, perumahan, rumah susun, apartemen, perkantoran, rumah dan kantor rumah dan toko, rumah sakit, mall, pasar swalayan, balai pertemuan, hotel, industri, sekolah, baik berupa grey water (air bekas) ataupun black water (air kotor/tinja). Mau diarahkan ke mana limbah-limbah ini jika tidak dibuang ke sungai?
Namun ada baiknya terus mengikuti artikel dalam jurnal tersebut untuk sekadar menambah wawasan. Yudo melanjutkan, limbah domestik terbagi dua,yaitu berasal dari air cucian seperti sabun, deterjen, minyak dan pestisida dan kedua berasal dari kakus seperti sabun, shampo, tinja dan air seni. Air limbah domestik menghasilkan senyawa organik berupa protein, karbohidrat, lemak dan asam nukleat.
Di saat puncak kemarau, saat debit air sungai turun hingga 300 persen, maka masukan bahan organik ke dalam badan air akan mengakibatkan penurunan kualitas air. Saat kemarau, badan air memerlukan oksigen ekstra guna mengurai ikatan dalam senyawa organik (dekomposisi), akibatnya akan membuat sungai miskin oksigen, membuat jatah oksigen bagi biota air lainnya berkurang jumlahnya. Pengurangan kadar Oksigen dalam air ini sering mengakibatkan peristiwa ikan mati masal akibat kekurangan Oksigen.
Aspek negatif selanjutnya, limbah organik mengandung padatan terlarut tinggi menimbulkan kekeruhan dan mengurangi penetrasi cahaya matahari bagi biota fotosintetik. Bayangkan, puluhan ton padatan terlarut yang dibuang hampir lebih dari 3 juta orang akan mengendap dan merubah karakteristik dasar sungai, akibatnya beberapa biota yang menetap di dasar sungai akan lenyap.
Pencemaran limbah domestik umumnya mengandung beberapa bahan pencemar antara lain BOD, COD, amonia, fosfat, deterjen dan tinja. Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh bakteri pengurai untuk menguraikan bahan pencemar organik dalam air. Makin besar konsentrasi BOD suatu perairan, menunjukkan konsentrasi bahan organik di dalam air yang juga tinggi. Adapun Chemical Oxygen Demand (COD) menyangkut banyaknya oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia. Secara umum, angka BOD yang tinggi, mengindikasikan semakin besar tingkat pencemaran yang terjadi.
Seorang laki-laki paruh baya beraktivitas di Kali Ciliwung, Sawah Besar, Jakarta Pusat (Dok. Melipirnews) |
Timun atau Melon Suri yang Selalu Beredar di Jabodetabek di Bulan Suci?
Fosfat terdapat dalam jumlah yang signifikan pada efluen pengolahan air buangan domestik. Deterjen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa deterjen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan bersifat karsinogen, misalnya benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan deterjen dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak.
Selanjutnya, mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja, karena dapat menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh manusia. Dalam 1 gram tinja mengandung 1 milyar partikel virus infektif, yang mampu bertahan hidup selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10 derajat Celcius. Terdapat 4 mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja yaitu : virus, Protozoa, cacing dan bakteri yang umumnya diwakili oleh jenis Escherichia coli.
MN
Fosfat terdapat dalam jumlah yang signifikan pada efluen pengolahan air buangan domestik. Deterjen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa deterjen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan bersifat karsinogen, misalnya benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan deterjen dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak.
Selanjutnya, mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja, karena dapat menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh manusia. Dalam 1 gram tinja mengandung 1 milyar partikel virus infektif, yang mampu bertahan hidup selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10 derajat Celcius. Terdapat 4 mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja yaitu : virus, Protozoa, cacing dan bakteri yang umumnya diwakili oleh jenis Escherichia coli.
MN