UI Cordoba, Visi Besar Seorang Politisi dari Ujung Timur Pulau Jawa

Guna mendukung visi besarnya itu, Abdullah Azwar Anas merekrut tenaga-tenaga handal di bidang pendidikan dari berbagi kota
Jarak pusat kota Banyuwangi ke desa Karangdoro sejauh 36 kilometer. Cukup jauh dari pusat keramaian kota. Namun justru di pinggiran Banyuwangi inilah visi besar seorang politisi kenamaan yang berasal dari ujung timur pulau Jawa ini dipertaruhkan. Visi untuk mengembangkan masyarakat santri yang sekaligus memiliki literasi digital yang tinggi dengan mengambil semangat jaman keemasan Islam di Cordoba

Tangkapan layar Gedung UI Cordoba, Banyuwangi 

Adalah Abdullah Azwar Anas, pria yang dikenal sudah cukup lama malang melintang di berbagai jabatan publik di tanah Air. Mulai dari Bupati Banyuwangi dua periode, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negera dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) dan juga anggota DPR RI. Di Karangdoro inilah Universitas Islam Cordoba (UI Cordoba) didirikan atas inisiatif politisi ini yang juga pernah menjadi ketua umum di organisasi pelajar NU, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) 2000-2003, hingga pernah pula menjabat sebagai Ketua PP GP Ansor 2004-2009


Bukan tidak ada politisi yang tidak peduli dengan peningkatan kecerdasan anak bangsa di Tanah Air. Tapi walaupun ada, namun tidak banyak politisi Indonesia seperti Abdullah Azwar Anas ini. Modal sosial seorang politisi yang memiliki jejaring yang kuat dan kemampuan memobilisasi massa, tak hanya dipakai untuk mendulang suara, namun juga digunakan untuk turut mengembangkan dunia pendidikan di Tanah Air. 

Darah pendidik memang mengalir pada diri Abdullah Azwar Anas. Kampus ini merupakan satuan pendidikan terbaru di bawah yayasan pendidikan yang meneruskan jejak perjuangan KH. Achmad Musayyidi, ayahanda Abdullah Azwar Anas. Sebelum kampus ini berdiri, telah terlebih dahulu berjalan pondok pesantren, lalu sekolah jenjang menengah SMP dan SMA/SMK. Abdullah Azwar Anas adalah putra tertua dari pendiri pesantren yang dulunya dikenal dengan pesantren Kebunwangi ini. 

Seiring perjalanan waktu, pesantren itu berubah nama menjadi Pesantren Mabadi’ul Ihsan. Cita-cita keluarga pendiri pesantren ini jelas, yakni mampu melahirkan kader-generasi muda yang tidak hanya pandai, pintar, kreatif dan inovatif di dalam menghadapai tantangan zaman, tetapi juga mampu menjadikan dirinya sebagai pribadi yang “wangi”, harum semerbak memberikan dampak positif kepada masyarakat, sebagaimana harapan pendiri, Alm. KH Ahmad Musyayyidi. Pondok Pesantren Mabadi’ul Ihsan pun diharapkan sebagai tempat, kebun yang senantiasa wangi, harum semerbak melahirkan pribadi-pribadi yang senantiasa tekun, saleh dan Istiqamah.

Ayah Abdullah Azwar Anas pernah belajar di Pondok Pesantren Kebunrejo Genteng yang diasuh Kyai Junaidi Asmuni. Satu hal yang menjadi pesan kepada putra dan putrinya yang sering disampaikan setiap saat dan waktu: "Aku gur kepengen anak-anakku selamet dunyo akhirot lan oleh ridone pengeran" (Saya hanya menginginkan anak saya selamat dunia-akhirat dan mendapat Ridho Allah SWT.)

Dari Pondok Pesantren Kebun Wangi yang masih tradisional dulunya, kini telah menjelma menjadi Pondok Pesantren Mabad'iul Ihsan dengan layanan lebih luas. Kini, beragam unit Pendidikan disediakan, mulai dari SD Mabadi’ul Ihsan, SMP Plus Cordova, MTs Mabadi’ul Ihsan, SMA Plus Cordova, SMK Cordova, MA Mabadi’ul Ihsan, terakhir Universitas Islam Cordoba Banyuwangi atau di kenal dengan UI Cordoba. Abdullah Azwar Anas mendeklarasikan pendirian Universitas Islam Cordoba dengan visi untuk menciptakan pusat pendidikan yang mampu melahirkan generasi intelektual unggul yang pernah muncul dari Cordoba seperti Ibnu Rusydi, Al Qurtubi, Ibnu Hazmi, Az Zahrawi, Al Ghafiqi, Al Idrisi, dan intelektual Muslim lainnya. Kampus ini berdiri di kompleks Pondok Pesantren Mabadi’ul Ihsan.


Guna mendukung visi besarnya itu, Abdullah Azwar Anas merekrut tenaga-tenaga handal di bidang pendidikan dari berbagi kota. Salah seorang dosen Matematika dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Ali Wafa, pun diajaknya untuk bergabung. Langkah penyamaan standar alias benchmarking juga dilakukan dengan studi banding ke beberapa sekolah internasional di Jakarta, seperti Sevilla School, Madania, dan lain-lain.

Puncaknya ketika diselenggarakan peresmian pembukaan (soft-launching) kampus UI Cordoba, 2 Agustus 2024. Ketua Mahkamah Agung (MA) Muhammad Syarifuddin datang meresmikan pembukaan kampus tersebut. Hadir juga Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kementerian Agama Ahmad Zainul Hamdi, dan Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani.

Universitas Islam Cordoba Banyuwangi membuka empat fakultas dan tujuh program studi. Empat fakultas yang tersedia yakni Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Fakultas Dakwah (FD), dan Fakultas Ushuluddin (FU).

Komentar

Populer Sepekan

Alih Naskah Pecenongan, Jakarta ke Panggung Imajinasi Lagu dan Komik

Panjat Pinang, Selain Menghibur Juga Mempersatukan

Memanfaatkan Setu-Setu di Depok Sekaligus Menjaganya dari Ancaman Alih Fungsi

Semenarik Apa Menjadi Pelatih Sepakbola?

Kampus Berdampak: Ketika Akademisi dan Masyarakat Bersinergi Menciptakan Solusi Nyata

Nestapa Pengusaha Muda Tertipu Konsultan Halal

Tak Paham Risiko, Generasi Digital Terjebak FOMO Investasi

Jelang Akhir Tahun, Festival Yi Peng di Chiang Mai Layak Dikunjungi Muslim Traveler

ARTIKEL FAVORIT PEMBACA

Memanfaatkan Setu-Setu di Depok Sekaligus Menjaganya dari Ancaman Alih Fungsi

Timun atau Melon Suri yang Selalu Beredar di Jabodetabek di Bulan Suci?

Rudy Chen Kenalkan Kemakmuran Muslim Shadian di Tiongkok

Judi Online Berlari Liar di Antara Pekerja Informal Hingga Anggota Dewan

Musik Gambus "Milik" Betawi Berunsur Kebudayaan Nusantara

H.A. Mudzakir, Santri dan Seniman Langka yang Pernah Dimiliki Jepara

Perpaduan Budaya Penambah Eksotis Masjid Ridho Ilahi, Wilangan, Nganjuk

Antara Pariwisata dan Pelestarian: Dilema Borobudur dalam Perpres 101 Tahun 2024

Melipir Mewarnai Gerabah di Museum Benteng Vredeburg

Kawasan Menteng Bergaya Eropa Jejak Peninggalan Kebijakan Daendals

Kirimkan Artikel Terbaik Anda

Kanal ini menerima sumbangsih tulisan features terkait dengan area dan tujuan kanal. Panjang tulisan antara 500-700 kata. Dikirim dengan format, yakni judul-MN-nama penulis. Isi tulisan di luar tanggung jawab redaksi.