Dari Dapur ke Literasi: Pendokumentasian Kuliner Tradisional sebagai Warisan Budaya

“Gastronomi adalah memori sejarah gustatif suatu bangsa”

Ayam Lodho sebagai warisan budaya di Trenggalek merupakan kuliner yang cukup populer dan menjadi ikon oleh-oleh khas wilayah Bumi Menak Sopal ini. Meskipun bermula di Trenggalek, cita rasanya yang khas—bertekstur nyemek dengan dominasi rasa gurih rempah dan pedas—telah berkembang ke berbagai wilayah seperti Tulungagung, Ponorogo, Kediri, Blitar, Mojokerto, hingga Surabaya. Penyebaran ini menjadikan Ayam Lodho sebagai shared heritage yang memperkaya khazanah kuliner Jawa Timur.

Proses memasak ayam lodho (Latifah/Melipirnews.com)

Baca juga: Ayam Lodho Trenggalek: Dari Ritual Sakral hingga Kuliner Legendaris

Mendokumentasikan Warisan Kuliner: Dari Resep, Kajian, hingga Buku Populer

Ayam Lodho Trenggalek bukan sekadar hidangan lezat, melainkan warisan budaya yang perlu didokumentasikan secara serius. Dalam acara “Ayam Lodho: Meramu Rasa, Merentang Masa” yang digelar Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI, pada 25 Juni 2025,  Ary Budiyanto, S.S., M.A., Antropolog Universitas Brawijaya, menekankan pentingnya pendokumentasian kuliner tradisional dalam berbagai bentuk, mulai dari buku resep, kajian ilmiah, buku populer, hingga database video.

Ary menjelaskan bahwa buku resep tradisional adalah langkah pertama dalam pendokumentasian. “Buku resep tidak hanya berisi daftar bahan dan cara memasak, tetapi juga narasi sejarah di balik hidangan tersebut,” ujarnya. Ia mencontohkan buku Recetario del Mar (2011) dari FAO yang berhasil memadukan resep tradisional dengan cerita budaya masyarakat pesisir Amerika Latin.

Selain buku resep, kajian ilmiah tentang kuliner tradisional juga penting untuk memahami nilai filosofis dan sosial di balik sebuah hidangan. “Gastronomi adalah memori sejarah gustatif suatu bangsa,” kata Ary, mengutip pemikiran antropolog Gómez Tabanera. Ia menambahkan, penelitian tentang Ayam Lodho bisa mengungkap peran kuliner dalam ritual masyarakat Trenggalek, serta pengaruh rempah dan teknik memasak yang digunakan.

Baca juga: Sate-Sate Pengharum Nama Daerah

Buku populer menjadi jembatan antara akademisi dan masyarakat umum. “Buku seperti La cuisine vénézuélienne (2014) membuktikan bahwa kuliner tradisional bisa dipromosikan secara menarik tanpa kehilangan nilai budayanya,” jelas Ary. Buku semacam ini tidak hanya memuat resep, tetapi juga foto, cerita, dan testimoni dari para pelaku budaya.

Selain itu, di era digital, pendokumentasian kuliner juga bisa dilakukan melalui video. “Database video memungkinkan kita merekam proses memasak secara lengkap, dari pemilihan bahan hingga penyajian,” ujar Ary. Teknik seperti EDFAT (Entire, Detail, Framing, Angle, Timing) bisa digunakan untuk memastikan video yang dihasilkan informatif dan menar 

Ary menegaskan bahwa pendokumentasian kuliner tradisional adalah tanggung jawab bersama. “Dengan buku, kajian, dan video, kita memastikan bahwa warisan rasa seperti Ayam Lodho tidak punah ditelan zaman,” pungkasnya. Melalui upaya ini, kuliner tradisional tidak hanya menjadi hidangan, tetapi juga cerita yang abadi.

Praktik Langsung: Rahasia di Balik Rasa

Kegiatan Internalisasi Warisan Budaya Ayam Lodho juga diselenggarakan  dalam bentuk "Kelas Memasak", yang memberikan pengetahuan sekaligus praktik langsung kepada peserta mengenai seluruh proses pembuatan hidangan tradisional ini - mulai dari pemilihan bahan, penyiapan, pengolahan, hingga penyajian akhir.

Ary Budiyanto, S.S., M.A., Antropolog Universitas Brawijaya (Latifah/melipirnews.com)

Ayub Nualak, pengelola Warung Ayam Lodho Pak Yusuf yang telah berpengalaman puluhan tahun, bertindak sebagai pemandu utama dalam sesi praktik. Sebelum memandu langsung proses memasak, ia memaparkan karakteristik khas Ayam Lodho meliputi cita rasa, warna, serta rahasia khusus dalam racikan bumbu dan teknik memasak yang menjadi keunikan hidangan ini.

Baca juga: John Kecil dan Ambengan Lezat, Simbolisasi Masyarakat Lekat

Selain itu, Agus Prasmono, S.S., selaku Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Trenggalek, memberikan perspektif budaya yang mendalam. Dalam paparannya, ia menguraikan nilai-nilai filosofis Jawa yang terkandung dalam Ayam Lodho, serta menjelaskan aspek sakral dan fungsi sosial hidangan ini dalam kehidupan masyarakat Trenggalek.

Melalui kombinasi pendekatan akademis, filosofis, dan praktis, kegiatan ini tidak hanya melestarikan teknik kuliner tradisional, tetapi juga memperkuat pemahaman akan makna budaya yang melekat pada warisan gastronomi Trenggalek.

Latifah (melipirnews.com)

Komentar

Populer Sepekan

Ayam Lodho Trenggalek: Dari Ritual Sakral hingga Kuliner Legendaris

Rumah Sakit Herbal China Tawarkan Wisata Kebugaran

Penjaja Soto Dikriminalisasi dan Sekaligus Dirindukan Kolonial

Kembalinya Roxette Ke Pentas Musik Dunia

ARTIKEL FAVORIT PEMBACA

Memanfaatkan Setu-Setu di Depok Sekaligus Menjaganya dari Ancaman Alih Fungsi

Rudy Chen Kenalkan Kemakmuran Muslim Shadian di Tiongkok

H.A. Mudzakir, Santri dan Seniman Langka yang Pernah Dimiliki Jepara

Melipir Mewarnai Gerabah di Museum Benteng Vredeburg

Menelusuri Jejak Sejarah Kota Malang Lewat Tur Jelajah Klodjian

Judi Online Berlari Liar di Antara Pekerja Informal Hingga Anggota Dewan

Timun atau Melon Suri yang Selalu Beredar di Jabodetabek di Bulan Suci?

Menyusuri 125 Tahun Dedikasi Ursulin dalam Pendidikan di Malang

Antara Pariwisata dan Pelestarian: Dilema Borobudur dalam Perpres 101 Tahun 2024

Musik Gambus "Milik" Betawi Berunsur Kebudayaan Nusantara