One Way Cikampek-Kalikangkung Mencetak Sejarah Toleransi Bangsa Terbesar di Jalan Tol

Pengorbanan terbesar sebenarnya adalah masyarakat yang merelakan dirinya untuk tidak melipir di tol ke arah yang ditutup
Pemudik dari Jakarta ke daerah-daerah bagian tengah dan timur Pulau Jawa, yang menggunakan moda transportasi darat roda empat atau lebih akan mengalami peristiwa tidak biasa. Khususnya bilamana kendaraan yang ditumpanginya melewati jalan tol antara pintu tol Cikampek utama hingga pintu tol Kalikangkung, yang tidak jauh dari wilayah Semarang. Lebih-lebih lagi yang melaju di saat apa yang disebut puncak mudik dan puncak arus balik.

Dok. Melipirnews

Pemandangan spesial itu tak lain adalah berlakunya kebijakan satu arah contra flow jalan tol sepanjang 397 km itu dengan menutup jalur ke arah barat yakni ke arah Cikampek, dan menjadikan semua ruas jalur jalan tol trans Jawa itu satu arah ke arah timur hingga pintu tol Kalikangkung di saat arus mudik. Sebaliknya pada saat arus balik menjadikannya kendaraan pengendara satu arah ke arah barat semua di kedua ruas jalur.

Kebijakan serupa sudah diterapkan juga pada momen jelang Idul Fitri tahun lalu. Tampaknya, dari sisi kelancaran kendaraan pemudik, kebijakan tersebut sangat menguntungkan. Sebelum diterapkannya kebijakan tersebut, pada momen lebaran sebelum-sebelumnya, sempat terjadi penumpukan kendaraan di jalur arus balik. Akibatnya, pemudik mengalami kesan kurang mengenakkan karena kendaraannya terjebak macet berjam-jam lamanya di tengah jalan tol. Di beberapa ruas memang diterapkan contra flow, namun hanya di beberapa titik. Kebijakan tersebut belum memuaskan pemudik.

Setelah diterapkan contra flow penuh, pemandangan terasa lain. Mungkin hanya pada saat menjelang Idul Fitri ini tercipta sejarah baru di negeri ini. Selain peristiwa ini, belum pernah dijumpai pengaturan jalur one way sepanjang itu, hingga hampir 400 kilometer jaraknya. Jenis kendaraan yang lalu lalang pun didominasi kendaraan pribadi. Kendaraan umum masih ada seperti bus dan travel. Hanya untuk kendaraan angkutan barang seperti truk, jenisnya tidak banyak. Hampir tidak bisa dijumpai truk besar maupun tronton melewati jalur one way saat mudik lebaran itu. Satu hal yang barangkali tidak terhindarkan yaitu pengendara yang terlanjur memilih jalur kanan yang seharusnya untuk arus sebaliknya, mereka seringkali gagap membaca rambu rest area, apalagi jika jalan malam hari.

Dok. Melipirnews

Pihak pengelola jalan tol mungkin juga menangguk untung tidak kecil di saat pemberlakuan kebijakan ini. Kendaraan tipe I yang lewat jalan ini dibanderol biaya tolnya dengan harga paling murah 300 ribu lebih untuk jarak tersebut di pintu tol Kalikangkung. Harga tersebut mungkin tidak terlalu membebani para pemudik mengingat manfaat yang dirasakan terhindar dari kemacetan di jalan untuk segera berjumpa keluarga dan handai taulan.

Pengorbanan terbesar sebenarnya adalah masyarakat yang merelakan dirinya untuk tidak melipir di tol ke arah yang ditutup. Mereka memilih jalan biasa yang pastinya lebih ramai dan bukan tidak mungkin sering tersendat karena menjumpai aktivitas masyarakat jelang lebaran seperti misalnya pasar kaget di berbagai tempat. Pengertian mereka terhadap kondisi para pemudik merupakan sebuah aset bangsa yang begitu besar. 



Kondisi tersebut menunjukkan juga ternyata masyarakat Indonesia masih memiliki sifat dan sikap toleran. Mau memahami dan berkorban bagi orang lain yang sangat membutuhkan. Melihat hal ini, tentu saja tidak salah jika mengutip sila Pancasila di samping juga nilai nilai agama tentang berkorban dan empati terhadap sesama serta yang membutuhkan. 

Di balik kebijakan one way jalan tol antara Cikampek dan Kalikangkung ini, masyarakat Indonesia mampu membuktikan bahwa semangat berbangsa dan beragama masih ada. Semua demi kebaikan sesama anak bangsa.

MN

Latest
First

Komentar

Popular News

Ayam Lodho Trenggalek: Dari Ritual Sakral hingga Kuliner Legendaris

Seni, Bahasa, dan Dialog Antariman: Tiga Jalan Menuju Inklusivitas Beragama di Indonesia

Penjaja Soto Dikriminalisasi dan Sekaligus Dirindukan Kolonial

Menelusuri Jejak Sejarah Kota Malang Lewat Tur Jelajah Klodjian

Kembalinya Roxette Ke Pentas Musik Dunia

Pulau Terluar yang Dieksplorasi Anak Ekonomi

Kehidupan di Wilayah Perbatasan Tak Seindah Pos Perbatasan

Semarak Peringatan Hari Lansia Nasional 2025 di Hutan Malabar

Haji dalam Sastra Indonesia: Kisah Transformasi Jiwa dan Masyarakat

Inovasi Museum yang Mengubah Cara Kita Belajar

ARTIKEL FAVORIT PEMBACA

Memanfaatkan Setu-Setu di Depok Sekaligus Menjaganya dari Ancaman Alih Fungsi

H.A. Mudzakir, Santri dan Seniman Langka yang Pernah Dimiliki Jepara

Rudy Chen Kenalkan Kemakmuran Muslim Shadian di Tiongkok

Melipir Mewarnai Gerabah di Museum Benteng Vredeburg

Judi Online Berlari Liar di Antara Pekerja Informal Hingga Anggota Dewan

Timun atau Melon Suri yang Selalu Beredar di Jabodetabek di Bulan Suci?

Menyusuri 125 Tahun Dedikasi Ursulin dalam Pendidikan di Malang

Antara Pariwisata dan Pelestarian: Dilema Borobudur dalam Perpres 101 Tahun 2024

Musik Gambus "Milik" Betawi Berunsur Kebudayaan Nusantara

Menelusuri Jejak Sejarah Kota Malang Lewat Tur Jelajah Klodjian

Kirimkan Artikel Terbaik Anda

Kanal ini menerima sumbangsih tulisan features terkait dengan area dan tujuan kanal. Panjang tulisan antara 500-700 kata. Dikirim dengan format, yakni judul-MN-nama penulis. Isi tulisan di luar tanggung jawab redaksi.