Sate-Sate Pengharum Nama Daerah

Adakah jasa baik dari makanan sate untuk keterkenalan suatu daerah? 
Jawabannya bisa jadi memang ada. Bentuknya hampir sama, daging yang ditusuk dan dibakar. Binatang favorit untuk dijadikan sate dagingnya yaitu kambing, bahkan ada yang sengaja mencari kambing muda, disusul ayam, sapi, kerbau, kelinci dan babi.

Gambar sate (Sumber www.freepik.com)


Berikut daftar sate yang identik dengan nama daerah serta keunikannya.

1. Sate Madura 

Sate Madura terkenal karena persebarannya yang menjangkau ke suruh wilayah Nusantara. Hampir di semua kota di Tanah Air, warung sate Madura dapat dijumpai di sudut-sudut kota. Menu yang dijajakan biasanya terdiri dari sate ayam, sate kambing, gulai atau sop kambing. Lalu untuk makanan pokoknya biasanya disediakan nasi putih biasa dan lontong. Untuk satenya biasanya tersedia dua jenis bumbu, yakni kacang dan kecap. Pembeli tinggal menyesuaikan dengan seleranya.

Uniknya, konon terjadi kesepakatan tidak tertulis bahwa penjual sate Madura harus mengambil jarak minimal 1 km antara warung satu dengan lainnya. Biasanya usaha ini dikelola langsung oleh pemiliknya, sampai kemudian diserahkan kepada anaknya. 

2. Sate Klathak Jl. Imogiri Bantul 

Sate daging kambing ini kekhasannya terletak di tusuknya yang berupa jeruji sepeda. Berbeda dari kebanyakan tusuk sate yang terbuat dari batang lidi ataupun bambu. 

Uniknya, jenis sate ini seakan melekat pada kawasan Jalan Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Beberapa penjual sate Klathak bertebaran di sepanjang kawasan ini. Kawasan ini dapat dijangkau melalui ringroad selatan Yogyakarta dan tidak jauh dari terminal Giwangan.

3. Sate Kambing Blotongan, Salatiga, Jawa Tengah 

Blotongan adalah salah satu kelurahan di Salatiga, yang masuk dalam wilayah administrasi kecamatan Sidorejo. Terdapat satu ruas jalan di kawasan ini yang marak dengan penjaja sate kambing. Ruas jalan ini merupakan jalan utama transportasi menuju Semarang ataupun arah sebaliknya menuju Surakarta. Wajar bilamana kawasan ini selalu ramai dengan kendaraan. Di sinilah para pengendara dapat memanjakan perut dan menghempaskan seleranya akan makanan sate kambing. Walaupun sebenarnya tidaklah jauh berbeda dengan sate Madura, namun sate Blotongan lebih terkenal untuk menyebutnya di kawasan ini.

4. Sate Maranggi, khas Purwakarta

Di sekitar situ Wanayasa di kawasan Kabupaten Purwakarta, dapat dijumpai berderet penjual sate dengan sebutan sate Maranggi. Bahan dasar sate ini berupa daging domba atau sapi. Sehabis berjalan kaki menikmati keindahan danau atau situ, hidangan sate ini seakan melengkapi justifikasi seseorang telah menjejakkan kakinya di kawasan situ Wanayasa. Persebaran sate Maranggi ini juga terbilang lumayan, hingga menjangkau kota besar seperti Bandung dan Jakarta. Namun daya magnetnya belum bisa mengalahkan sate Maranggi Purwakarta, khususnya situ Wanayasa.

5. Sate Padang

Sate ini agak berbeda karena bahannya dari daging dan jeroan sapi. Kuahnya berupa kacang yang digiling sedemikian rupa bersama bumbu lainnya sehingga menghasilkan tekstur bumbu kacang yang lembut dan cenderung pedas karena rempah dan juga cabenya. Disajikan bersamaan dengan lontong nasi.

Sate yang dinamakan merujuk pada kota  Padang ini mungkin yang paling mobile di Tanah Air, karena tidak hanya mangkal menunggu pembeli datang, melainkan juga dijajakan secara berkeliling dari kawasan hunian satu ke hunian lainnya. 

6. Sate Kerbau, Khas Kudus, Jawa Tengah

Berbeda dengan sate lainnya di kawasan Nusantara, sate dari kawasan Kudus dan sekitarnya ini berbahan dasar daging Kerbau. Bumbunya sendiri juga khas dan juga dagingnya agak sedikit keras. Pilihan pada daging kerbau ini konon juga dipengaruhi kepercayaan untuk menghormati keyakinan masyarakat Hindu dulu kala.


Mungkin saja masih ada sate yang mampu mengharumkan nama daerah lainnya di Nusantara. 

MN

Komentar

Popular News

Rudy Chen Kenalkan Kemakmuran Muslim Shadian di Tiongkok

Dimulainya Musim Haji 2025 dan Heroiknya Perjuangan Berhaji

Perpaduan Ibadah, Pasar dan Donasi Membentang di Masjid Jogokaryan

Melipir Mewarnai Gerabah di Museum Benteng Vredeburg

Keris: Jiwa Budaya yang Tetap Berdenyut dari Masa ke Masa

Dalam Jumbo Pun, Cerita Hantu dan Makam Tak Terlewatkan

Menghidupkan Kembali Warisan Literasi dan Budaya di Padepokan Sastra Mpu Tantular

H.A. Mudzakir, Santri dan Seniman Langka yang Pernah Dimiliki Jepara

Kenduri Rupa: Perayaan Seni yang Menyatukan Ragam Ekspresi di Kota Batu

Sekolah Rakyat Diperuntukkan Bagi Kaum Miskin

Advertisements

ARTIKEL FAVORIT PEMBACA

Memanfaatkan Setu-Setu di Depok Sekaligus Menjaganya dari Ancaman Alih Fungsi

Timun atau Melon Suri yang Selalu Beredar di Jabodetabek di Bulan Suci?

Judi Online Berlari Liar di Antara Pekerja Informal Hingga Anggota Dewan

Musik Gambus "Milik" Betawi Berunsur Kebudayaan Nusantara

Perpaduan Budaya Penambah Eksotis Masjid Ridho Ilahi, Wilangan, Nganjuk

Kawasan Menteng Bergaya Eropa Jejak Peninggalan Kebijakan Daendals

Rudy Chen Kenalkan Kemakmuran Muslim Shadian di Tiongkok

Kontes Debat Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)

Melipir Mewarnai Gerabah di Museum Benteng Vredeburg

Antara Pariwisata dan Pelestarian: Dilema Borobudur dalam Perpres 101 Tahun 2024

Advertisement

Buku Baru: Panduan Praktis Penelitian Sosial-Humaniora

Berpeluh Berselaras; Buddhis-Muslim Meniti Harmoni

Verity or Illusion?: Interfaith Dialogue Between Christian and Muslim in the Philippines


Kirimkan Artikel Terbaik Anda

Kanal ini menerima sumbangsih tulisan features terkait dengan area dan tujuan kanal. Panjang tulisan antara 500-700 kata. Dikirim dengan format, yakni judul-MN-nama penulis. Isi tulisan di luar tanggung jawab redaksi.