"Kelopo Serbat. Tambah Tua Tambah Hebat!"
Suasana Hutan Malabar yang biasanya sunyi berubah menjadi riuh rendah oleh tawa dan gemulai tarian pada peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) 2025, Kamis (29/5). "Kelopo Serbat. Tambah Tua Tambah Hebat!" menjadi seruan yang menggema di antara rindangnya pepohonan, mencerminkan semangat masyarakat yang berkumpul dalam acara bertema "Bahagia Bersama, Sehat Selamanya, Sejahtera Semuanya".
![]() |
Pertunjukan tari di peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) 2025, Taman Malabar, Malang (Latifah/Melipirnews) |
Hutan Malabar: Ruang Publik yang Menyatukan Alam dan Budaya
Pemilihan Hutan Malabar sebagai lokasi acara bukan tanpa alasan. Kawasan seluas 16.718 m² ini, yang sejak 2011 ditetapkan sebagai Hutan Kota, telah bertransformasi dari bekas lahan kosong era Belanda menjadi ruang hijau multifungsi.
"Saya merasa Hutan Malabar ini adalah aset kota yang sangat luar biasa," ujar Rinto Syamsuryono, ketua panitia dari Sanggar Seni Budaya Jowo Line Dance.
Selain sebagai paru-paru kota, hutan ini adalah ruang hidup yang mempertemukan generasi, budaya, dan kelestarian alam. Sebagai bagian dari komitmen Pemkot Malang memenuhi 30% Ruang Terbuka Hijau (RTH), Hutan Malabar tidak hanya berfungsi sebagai resapan air dan penyeimbang iklim mikro, tetapi juga menjadi living classroom untuk edukasi lingkungan. Dengan 1.500 pohon dari berbagai jenis seperti Bungur, Glodokan, dan Sengon Buto, hutan ini menjadi saksi bagaimana ruang publik bisa dihidupkan oleh aktivitas seni dan komunitas.
Baca juga: Menelusuri Jejak Sejarah Kota Malang Lewat Tur Jelajah Klodjian
Acara dibuka dengan Tari Topeng Malang dari Kampung Budaya Polowijen, diikuti rangkaian pertunjukan yang memadukan tradisi dan kebersamaan. Drama musik "Bakti Anak pada Orang Tua" oleh Miben Voice menyentuh hati, sementara guyonan khas lansia dari Mbah Karjo memecah tawa. Ratusan peserta menari bersama di bawah naungan pohon-pohon besar.
Kolaborasi ini melanjutkan semangat dari peringatan Hari Tari Sedunia 29 April lalu, saat Jowo Line Dance dan Kampung Budaya Polowijen juga memeriahkan Malang Creative Center dengan tarian dan tembang Jawa seperti Lir-Ilir dan Cublak-Cublak Suweng. Kini, di Hutan Malabar, mereka membuktikan bahwa ruang publik bisa menjadi panggung egaliter bagi semua usia.
Dari 'Kebon Roti' ke Hutan Pendidikan: Revitalisasi Ruang Kota
Sejarah Hutan Malabar yang bermula dari lahan kosong bernama "Kebon Roti" (tempat bermain bola dan lempar lembing) kini telah berubah wajah. Melalui penanaman 500 bibit pohon pada 1999-2000 dan pembenahan berkelanjutan, kawasan ini menjadi contoh revitalisasi ruang kota. Keberadaan bazem (kolam resapan) dan pohon Saga yang masih berdiri kokoh menambah nilai ekologisnya.
Baca juga: Antara Pariwisata dan Pelestarian: Dilema Borobudur dalam Perpres 101 Tahun 2024
Acara Hari Lanjut Usia Nasional 2025 menjadi bukti nyata pemanfaatan Ruang Hijau Kota untuk kegiatan produktif. Selain sebagai paru-paru kota, Hutan Malabar kini juga berfungsi sebagai ruang rekreasi, edukasi, dan even budaya—sesuai visi Pemkot Malang untuk menciptakan lingkungan sehat yang mendorong produktivitas masyarakat. Peringatan HLUN di Hutan Malabar menjadi contoh bagaimana ruang publik bisa menjadi media pemersatu, penggerak ekonomi kreatif, dan penjaga kelestarian budaya—semua dalam satu tarikan napas.
Latifah/Melipirnews
Komentar
Posting Komentar